Kantor lembaga pemerintahan di Jakarta seringkali menjadi destinasi study tour pelajar atau mahasiswa daerah. Salah satu tujuan study tour biasanya mempelajari profil lembaga yang dikunjungi. Beruntung, sejumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (FH Unsoed) tidak perlu study tour jauh-jauh ke Jakarta untuk mempelajari profil Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Lebih beruntung lagi, salah seorang pimpinan PPATK yang justru ‘mendatangi’ Purwokerto, Jawa Tengah, letak kampus Unsoed berada. Agus Santoso, pimpinan PPATK dimaksud, kini menjabat Wakil Kepala PPATK, memang tidak datang ke Purwokerto dalam rangka sosialisasi lembaga. Dia datang sekadar pulang ke kampung halaman. Mengutip dari halaman http://www.hukumonline.com
Kebetulan, Agus memang lahir di Purwokerto, sekira 53 tahun yang lalu. Tidak jauh dari Purwokerto, tepatnya di Banyumas, Agus juga memiliki rumah. Di rumah itulah, Agus disambangi sejumlah mahasiswa FH Unsoed pada akhir Juni 2013. Suasana duka karena baru saja sang Ibunda Retnowulan Soetantio meninggal dunia, tidak mengurangi kehangatan Agus menyambut mahasiswa-mahasiswi FH Unsoed yang bertandang. Dituturkan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH Unsoed Agnes Harvelian, pertemuan ini diprakarsai sang tuan rumah. Agnes mengaku ditelepon oleh Agus beberapa hari sebelumnya. Mantan Deputi Direktur Hukum Bank Indonesia itu mengundang Agnes dkk ke rumahnya.
“Meski beliau merupakan pejabat negara, tetapi diskusi berlangsung cair. Biasanya kan teman-teman BEM menggelar diskusi secara formal. Ini sangat santai,” ujar Agnes yang mengaku pertama kali mengenal Agus dalam acara ulang tahun PPATK awal tahun lalu. Diskusi dimulai pukul 13.00 WIB dan langsung dibuka dengan agenda makan siang bersama dengan menu ‘Banyumas-an’. Turut berpartisipasi dalam diskusi itu antara lain Dosen FH Unsoed Hibnu Nugroho, dan Kepala Cabang Bank Indonesia Purwokerto. Di hadapan dosen dan sejumlah mahasiswa FH Unsoed, Agus secara fasih membicarakan masalah korupsi, pencucian uang di Indonesia, hingga perbandingan dengan negara Denmark, salah satu negara yang berhasil bebas dari korupsi. Mahasiswa yang hadir pun terlihat antusias berdiskusi mengenai hal tersebut.
Secara pribadi, Agnes mengaku mendapat tambahan pengetahuan mengenai PPATK dalam pertemuan tersebut. Menurutnya, selama ini PPATK bukan lembaga yang ‘seksi’ di kalangan mahasiswa hukum. “Kan ada paradigma kalau PPATK itu tak seseksi KPK, misalnya,” tuturnya kepada hukumonline, melalui sambungan telepon, Selasa (2/7). Ia mengaku semakin mengenal lebih dalam PPATK setelah mendengar penjelasan Agus. “Oh ternyata begitu toh. Ternyata keren juga setelah kita ngobrol-ngobrol,” tuturnya. Selain berdiskusi, lanjut Agnes, Agus juga sempat menunjukan darah seni yang dimiliki dengan membacakan beberapa puisi. “Pak Agus membaca dua puisi tentang Mbah Maridjan dan narkoba. Dia sangat emosional hingga meneteskan air mata ketika membacakan puisi itu,” ujarnya.
Agnes menilai fakta bahwa Agus memiliki kedekatan dengan Purwokerto merupakan berkah sendiri bagi para mahasiswa FH Unsoed. Ia menuturkan bahwa Agus mengaku sudah siap untuk berkontribusi yang lebih besar untuk Purwokerto, khususnya di dunia akademik. “Kami sudah merancang agar nanti Pak Agus memberikan kuliah umum yang lingkupnya lebih besar lagi di FH Unsoed pada September mendatang,” tutur mahasiswi yang sedang menyusun skripsi ini.